Jumat, 22 Juli 2011

Perguruan Pencak Silat Tujuh Sari

Pencak silat sebagai budaya warisan leluhur Nusantara dalam bidang olahraga, seni bela diri dan spiritual sudah berkembang dengan sangat baik, sehingga saat ini juga dipelajari oleh orang-orang dari luar negeri dan meskipun belum secara ekplisit, diakui sebagai seni bela diri dengan ciri khas tersendiri.

Di Indonesia sendiri, sangat banyak bermunculan padepokan pencak silat yang menggusung identitas masing-masing dalam bentuk jurus-jurus maupun metode pelatihannya. Salah satunya adalah Perguruan Pencak Silat Tujuh Sari di Desa Sesetan Denpasar Selatan, yang saat ini sedang melakukan upaya konsolidasi ke dalam untuk kemudian menentukan langkah pengembangan.

Sejarah

I Made Yasa (alm)
Menurut salah seorang sesepuh perguruan ini, I Made Budiyasa, SH., awalnya aliran silat ini dibawa oleh orang Bugis dari Sulawesi dan berkembang di wilayah Bali Utara sebelum menyebar keseluruh daerah di Bali.

Seorang pemuda Sesetan yang suka bertualang, I Made Yasa (alm) yang berkesempatan mendalami seni bela diri ini di Buleleng, kemudian mendirikan perguruannya sendiri di Kapal Taman Sari, lingkungan Banjar Lantang Bejuh Sesetan pada tahun 1921. Di saat yang sama beliau juga dipercaya untuk memimpin Desa Sesetan sebagai Perbekel (lurah) pertama.

Setahun kemudian seni bela diri ini menyebar ke desa-desa tetangga seperti Pemogan, Panjer, Pedungan dan desa-desa lain di wilayah Kabupaten Badung dan Gianyar.


Ciri Khas

Manik Sudiartha Pelatih
Seorang sesepuh sekaligus instruktur pelatihan pencak silat Tujuh Sari, Manik Sudiartha, mengungkapkan bahwa ciri spesifik dari aliran ini adalah jurus-jurus yang ringkas, cepat dan efektif untuk menyelesaikan sebuah pertarungan.

Sesuai namanya, teknik ini memiliki tujuh jurus utama yang sambung menyambung serta muatan dominannya adalah serangan-serangan yang langsung diarahkan ke titik-titik lemah tubuh lawan dengan tujuan untuk melumpuhkan secara cepat.

Beberapa praktisi aliran ini juga menambahkan bahwa teknik ini sangat efektif untuk bela diri seperti yang sudah dialami oleh mereka saat menghadapi konflik dengan orang lain yang dipicu oleh berbagai hal.

Selanjutnya, Manik Sudiartha juga menceritakan pengalamannya yang cukup unik, dimana setelah pertarungan biasanya orang yang sebelumnya menjadi musuh akhirnya justru berbalik menjadi sahabat bahkan saudara. Hal inilah yang kemudian ditekankan kepada seluruh penekun pencak silat Tujuh Sari, bahwa tujuan utama mempelajari aliran ini bukan mencari permusuhan, melainkan sebaliknya untuk menambah teman dan meningkatkan persaudaraan.

Spiritualitas

Seperti juga aliran silat lainnya, pada titik tertentu pelatihan gerak fisik akan dilanjutkan dengan menggembleng diri secara spiritual. Untuk tujuan ini yang dipakai sebagai pakem acuan laku spiritual adalah ajaran lelehur dari zaman Hindu kuno yang disebut ajaran Kanda Pat, dimana menurut ajaran ini diyakini bahwa setiap manusia sudah didampingi oleh saudara empat bahkan sebelum dilahirkan.

Keempat saudara ini terus menerus mengikuti kehidupan manusia serta memberi bantuan saat diperlukan atau memperingatkan akan adanya kondisi berbahaya. Untuk mendapatkan penyertaan yang total dari saudara empat, manusia harus selalu ingat dengan mereka dalam keadaan apapun dengan cara-cara yang disyaratkan oleh ajaran tersebut.

Meski dalam prakteknya yang menjadi fokus laku ritual ajaran ini adalah saudara empat, namun sejatinya yang dipuja adalah Sang Hyang Widhi sebagai sumber dari segala sumber. Sedangkan penghormatan terhadap saudara empat adalah sarana untuk memuja Sang Hyang Widhi, hal mana juga dilakukan oleh pelakon ajaran spiritual lainnya yang memuja Tuhan Yang Maha Esa melalui simbol suci atau Nyasa.

Konsolidasi Menuju Pengembangan

SAAT ini para sesepuh dan pecinta seni bela diri pencak silat Tujuh Sari sedang giat melakukan konsolidasi dengan menyusun kepengurusan yang membidangi banyak hal dengan tujuan untuk menjaga dan mengembangkan aset budaya warisan leluhur, sehingga tetap lestari dan berperan aktif dalam pembangunan nasional.

Hal ini sangat mendesak untuk dilakukan mengingat dalam perjalanannya, aliran Tujuh Sari pernah menjadi bagian penting yang bersama-sama dengan empat perguruan silat lainhya membangun Pengda IPSI Bali, ternyata belakangan ini kurang menunjukan aktivitas yang dinamis.

Beberapa sesepuh yang merasa prihatin dan berdosa besar kepada leluhur apabila seni beladiri ini sampai putus tanpa penerus, kemudian sepakat untuk membentuk kepengurusan yang akan merumuskan langkah-langkah untuk menjaga dan mengembangkan aset budaya luhur ini.

Saat ini dengan menggunakan tempat seadanya, karena padepokan masih dalam pembangunan, sudah diadakan pelatihan di Sekretariat Perguruan Pencak Silat Tujuh Sari, di Jalan Raya Sesetan, Gang Kelapa No. 12, Denpasar Selatan.

Menurut Manik Sudiartha, untuk langkah awal akan dibina beberapa orang yang akan menjadi kader-kader pelatih dengan tugas untuk melakukan pengembangan di wilayahnya masing-masing dengan cara mendirikan tempat-tempat pelatihan. Sedangkan untuk langkah-langkah selanjutnya akan dirumuskan dalam rapat konsolidasi yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat.

SUMBER : TABLOID GALANG KANGIN EDISI 7 JULI 2011 (www.tabloidgalangkangin.com)

BERITA TERKINI

ARSIP POST